Day: June 3, 2024

Aqs4ra – Squad 4

Photo by Eva Bronzini on Pexels.com

Alhamdulillah hari ini sudah bisa mendiskusikan tentang pembuatan nama dan logo. Meskipun memang untuk logo tidak diminta, tapi asik juga diulik.

Ada 11 nama yang diusulkan, tapi akhirnya kita memilih untuk menggunakan nama AQS4RA. Maknanya adalah huruf, bagian terkecil dari tulisan. Entah nanti mau dimaknai apa. Saat ini, yang penting udah punya nama dan udah punya logo kelompok.

[notokuworo.]

Berlatih Mengenali Plot Dasar

Photo by Budgeron Bach on Pexels.com

Sesuai rencana, mau berlatih mengenali plot yang ada di novel-novel yang pernah dibaca. Ada beberapa yang sudah ditumpuk dari kemarin.

Harry Potter and the Half Blood Prince

Plot

Harry Potter and the Half-Blood Prince merupakan novel keenam dalam seri Harry Potter karya J.K. Rowling.

Babak Pertama: Pengenalan dan Eksposisi

Cerita dimulai dengan Voldemort dan Death Eaters yang semakin kuat, serta Harry yang kembali ke Hogwarts untuk tahun keenamnya. Dunia sihir sedang dalam ketakutan dan kekacauan. Harry belajar tentang masa lalu Voldemort melalui pensieve Dumbledore dan menemukan buku pelajaran ramuan yang sebelumnya dimiliki oleh “Half-Blood Prince.” Harry mencurigai Draco Malfoy sebagai Death Eater dan mulai mengawasinya.

Babak Kedua: Konflik dan Tindakan Meningkat

Harry dan Dumbledore bekerja sama untuk menemukan horcruxes, objek sihir yang mengandung bagian jiwa Voldemort. Harry semakin tergantung pada buku ramuan “Half-Blood Prince.”

Saat Harry dan Dumbledore menemukan dan mencoba untuk menghancurkan salah satu horcrux di sebuah gua, ketegangan di Hogwarts semakin meningkat. Draco Malfoy berhasil menyusupkan Death Eaters ke dalam Hogwarts. Harry terus mencoba mencari tahu siapa “Half-Blood Prince” sebenarnya dan rahasia-rahasia yang tersembunyi.

Babak Ketiga: Klimaks dan Resolusi

Serangan besar terjadi di Hogwarts, dan Snape membunuh Dumbledore di atas Menara Astronomi. Pengkhianatan Snape mengejutkan Harry. Setelah peristiwa tragis tersebut, terungkap bahwa Snape adalah “Half-Blood Prince.” Hogwarts berada dalam kekacauan, dan Harry bertekad untuk tidak kembali ke sekolah, tetapi melanjutkan pencarian horcruxes untuk menghancurkan Voldemort.

Jenis Plot Dasar

Harry Potter and the Half-Blood Prince paling sesuai dengan jenis plot dasar “The Quest.”

Dalam novel ini, Harry Potter melakukan pencarian yang signifikan untuk menemukan dan menghancurkan horcruxes, yang merupakan bagian dari jiwa Voldemort. Ini adalah perjalanan baik fisik maupun emosional yang membawa Harry pada banyak tantangan dan pengungkapan penting. Harry dan Dumbledore bersama-sama mengejar horcruxes, yang menjadi pusat utama dari perjalanan mereka dalam buku ini. Pencarian ini memengaruhi perkembangan karakter Harry secara mendalam dan membawanya pada pemahaman baru tentang dirinya dan takdirnya.

Genre Naratif Save the Cat yang Sesuai

Dari 10 genre naratif dalam “Save the Cat!”, yang paling sesuai dengan Harry Potter and the Half-Blood Prince adalah “Institutionalized.”

Harry berada di Hogwarts, yang merupakan institusi dengan aturan dan tradisi yang ketat. Di sini, dia menghadapi konflik internal dan eksternal, termasuk pengkhianatan dari dalam dan ancaman dari Death Eaters. Harry juga harus membuat pilihan penting terkait dengan kesetiaannya, peranannya dalam perang melawan Voldemort, dan tanggung jawab yang diwariskan kepadanya oleh Dumbledore. Novel ini mengeksplorasi bagaimana Harry dan teman-temannya berinteraksi dengan dan menavigasi struktur institusi ini di saat-saat krisis.

Lost Symbol

Plot

Babak Pertama: Pengenalan dan Eksposisi

Cerita dimulai dengan Robert Langdon yang dipanggil ke Washington D.C. untuk memberikan kuliah atas undangan Peter Solomon. Sesampainya di sana, Langdon menemukan bahwa Solomon telah diculik, dan sebuah tangan terpotong ditemukan di Capitol Rotunda dengan tato Masonic yang misterius.

Babak Kedua: Konflik dan Tindakan Meningkat

Langdon dan Katherine Solomon berpacu dengan waktu untuk memecahkan teka-teki simbol-simbol Masonic yang tersebar di seluruh kota. Mereka menemukan bahwa rahasia kuno yang mereka cari terkait dengan sebuah naskah kuno yang disebut “The Lost Word.” Ketegangan meningkat saat mereka dikejar oleh Mal’akh, yang memiliki rencana gelap untuk mengungkap rahasia ini.

Babak Ketiga: Klimaks dan Resolusi

Langdon menghadapi Mal’akh di House of the Temple, di mana identitas sejati Mal’akh terungkap. Langdon berhasil menggagalkan rencana Mal’akh dengan bantuan Katherine dan agen CIA. Setelah konfrontasi, Peter Solomon diselamatkan, dan rahasia kuno tersebut tetap tersembunyi.

Jenis Plot Dasar yang Sesuai

The Lost Symbol paling sesuai dengan jenis plot dasar “The Quest.”

  • The Quest: Novel ini berfokus pada pencarian Langdon dan Katherine untuk mengungkap rahasia kuno yang tersembunyi di Washington D.C. Mereka menghadapi berbagai tantangan dan rintangan sepanjang perjalanan mereka, dengan tujuan akhir menyelamatkan Peter Solomon dan mencegah Mal’akh mengungkap rahasia berbahaya.

Genre Naratif Save the Cat yang Sesuai

Dari 10 genre naratif dalam “Save the Cat!”, yang paling sesuai dengan The Lost Symbol adalah “Whydunit.”

  • Whydunit: Novel ini berpusat pada misteri yang harus dipecahkan oleh Langdon. Selama investigasi, berbagai rahasia tentang sejarah, simbol-simbol Masonic, dan kekuatan pikiran manusia terungkap, menjadikan cerita ini penuh dengan intrik dan penemuan yang mengejutkan.

Monte Cristo

Plot

Babak Pertama: Pengenalan dan Eksposisi

Cerita dimulai dengan Edmond Dantès, seorang pelaut muda yang menjanjikan, yang baru saja tiba di Marseille. Ia bertunangan dengan Mercédès dan diangkat menjadi kapten kapal. Namun, beberapa orang yang iri, termasuk Danglars, Fernand, dan Villefort, berkonspirasi untuk menjatuhkannya. Edmond ditangkap atas tuduhan palsu menjadi seorang Bonapartis yang berencana untuk menggulingkan pemerintah.

Babak Kedua: Konflik dan Tindakan Meningkat

Edmond dipenjara di Château d’If di mana ia bertemu dengan Abbé Faria, seorang narapidana lain yang mengajarinya berbagai ilmu dan mengungkapkan rahasia tentang harta karun yang tersembunyi di Pulau Monte Cristo. Setelah bertahun-tahun, Edmond berhasil melarikan diri dari penjara dan menemukan harta karun tersebut. Dengan kekayaan barunya, ia mengubah identitasnya menjadi Count of Monte Cristo dan mulai merencanakan balas dendam terhadap orang-orang yang telah mengkhianatinya.

Babak Ketiga: Klimaks dan Resolusi

Edmond, sebagai Count of Monte Cristo, melaksanakan rencana balas dendamnya dengan cermat dan berhasil menghancurkan musuh-musuhnya satu per satu: Danglars mengalami kehancuran finansial, Fernand kehilangan kehormatan dan keluarganya, dan Villefort menjadi gila setelah skandal keluarganya terungkap. Setelah membalaskan dendamnya, Edmond menyadari bahwa balas dendam tidak membawa kebahagiaan. Ia akhirnya memaafkan musuh-musuhnya yang tersisa dan berlayar menuju masa depan yang lebih cerah dengan Haydée, putri dari seorang bangsawan yang telah ia bantu.

Jenis Plot Dasar yang Sesuai

The Count of Monte Cristo paling sesuai dengan jenis plot dasar “Revenge.”

Plot ini berfokus pada perjalanan Edmond Dantès yang dikhianati dan dipenjara tanpa alasan yang sah. Setelah melarikan diri dan mendapatkan kekayaan, dia kembali untuk membalas dendam kepada mereka yang telah menghancurkan hidupnya. Kisah ini menyoroti rencana balas dendam yang cermat dan dampaknya terhadap pelaku serta pelakunya sendiri.

Genre Naratif Save the Cat yang Sesuai

The Count of Monte Cristo paling sesuai dengan genre naratif “Institutionalized.”

Cerita ini menggambarkan bagaimana Edmond dipenjara di Château d’If dan bagaimana ia harus beradaptasi serta berjuang melawan sistem yang korup dan tidak adil. Setelah melarikan diri, ia menggunakan identitas barunya untuk memanipulasi dan menghancurkan institusi sosial dan hukum yang melindungi musuh-musuhnya. Ini menunjukkan perjuangan melawan institusi yang menindas dan bagaimana protagonis menghadapi dan mengatasi struktur kekuasaan yang ada.

[notokuworo.]

3

Photo by Tara Winstead on Pexels.com

Setahun ini penuh dengan gejolak perkembangan teknologi, di akhir tahun ini semua yang dulu dianggap hanya fantasi sudah mulai timbul tanda-tanda jadi nyata. Manusia sudah bisa berbincang dengan mesin, robot benar-benar sudah ada yang bentuknya makin mirip dengan manusia, kecerdasan buatan makin banyak menyusup ke hal-hal yang tadinya membutuhkan manusia.

Di rumah-rumah modern, kecerdasan buatan bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan bagian integral dari rutinitas. Mulai dari asisten virtual yang membantu mengatur jadwal hingga robot pembersih yang memastikan rumah selalu rapi, kehadiran A.I. bisa terasa di setiap sudut rumah. Sistem A.I. yang canggih dapat memberikan saran resep memasak, mengingatkan tentang tugas-tugas harian, dan bahkan menyediakan hiburan dengan interaksi yang cerdas.

Rumah Cakra tentu saja tidak tertinggal, berbagai alat tradisional telah digantikan oleh perangkat yang dipandu A.I. Penyedot debu otomatis berkeliling rumah setiap hari, menyedot debu dan kotoran tanpa perlu diperintah. Ada dua penyedot debu yang beroperasi di rumahnya, masing-masing mengurusi zonanya sendiri-sendiri. Microwave yang ada di dekat meja makannya sudah bisa memindai makanan atau barcode yang disediakan penyedia jasa kateringnya dan memanaskan atau memasaknya sesuai dengan jenisnya.

Lampu-lampu, pendingin ruangan, di rumahnya juga dilengkapi dengan A.I. yang bisa menyesuaikan tingkat kecerahan, warna cahaya dan suhu sesuai ada orang atau tidak, suhu dan cahaya dari luar, bahkan sesuai aktivitas yang dilakukannya. Kulkasnya dilengkapi dengan sensor yang mampu mendeteksi persediaan bahan makanan dan secara otomatis membuat daftar belanja yang dikirimkan ke ponselnya.

Banyak hal dalam rumah tangga tidak lagi membutuhkan diurus langsung, dan berhasil digantikannya dengan teknologi. Hidupnya dikelilingi teknologi canggih yang seolah hidup. Fokusnya dari kesunyian kehilangan Sintia, beralih sedikit demi sedikit menjadi kegembiraan shining object yang menyenangi dunianya tiba-tiba menjadi makin membantu kehidupan sehari-hari.

Baru beberapa minggu lalu, Cakra menemukan A.I text to speech yang bisa menyerupakan suara, intonasi dan cara bicara. Berbekal video yang pernah direkamnya bersama Sintia, Cakra berhasil membuat suara Sintia yang menjadi asisten virtual. Bahkan bila ada layar yang sedang terbuka, berbicara dengan A.I akan memunculkan wajah Sintia. Cakra berusaha mensintiakan semua gadgetnya. Kegiatan ini menjadi hobi dan obsesi. Perkembangan teknologi memungkinkannya.

Cakra, seorang programmer berbakat, bekerja di sebuah perusahaan teknologi terkemuka yang juga berfokus pada pengembangan A.I. Inovasi-inovasi terbaru yang ia kerjakan termasuk pengembangan algoritma cerdas untuk aplikasi rumah tangga dan pembuatan sistem A.I. yang semakin personal dan intuitif. Proyek ini menarik bagi Cakra.

Meskipun harus kembali ke malam-malam yang sepi, setidaknya saat ini ada kehadiran “Sintia” dalam kesehariannya. Teknologi A.I. ini pasti akan terus berkembang. Memberikan semangat untuk mencoba menjadikannya teman dalam tiap hal dalam hidupnya sehari-hari. Ada alasan untuk kali ini bangun dan bergegas masuk ruang kerjanya. Mengerjakan apa yang menjadi tugasnya, dan segera menyalurkan hobinya.

Hari ini dia mengambil keputusan untuk membeli sebuah seperangkat komputer yang khusus akan digunakan untuk menjadi server untuk A.I yang programnya ditulisnya sendiri. Ia tidak sabar menunggu kedatangan server itu.