Month: July 2021

Saya dapat 10M

Photo by John Guccione http://www.advergroup.com on Pexels.com

Tema tulisan ini adalah IF MONEY WEREN’T A CONCERN … yah anggap saja yang akan saya tulis dalam jumlah 10M, toh gampang nanti kalo habis kita bisa mengkhayal dapat 10M berikutnya.

Aman secara finansial? Iya mungkin ya, kalo punya uang 10M ditabungkan atau didepositokan saat ini, untuk kebutuhan bulanan yang ada sampai saat ini ya rasanya melebihi dari cukup. Tapi konon itu tidak akan berlangsung lama. Penggunaan uang akan berkembang seiring dengan zaman dan kepemilikan, kebutuhan bisa berubah sesuai dengan ketersediaan. Saat ini tidak punya jadi tidak terpikir apa yang bisa dilakukan dengan uang sebesar itu. Kalau sudah didapat akan lain ceritanya.

Andailah itu beneran ada, maka selain diinvestasikan agar tidak perlu lagi harus menjadi pekerja, dan bisa melakukan hal-hal lain yang sudah ingin dilakukan bila nanti pensiun, maka kebermanfaatan uang harusnya juga jadi pertimbangan. Bila itu bisa berguna buat kita untuk hal-hal yang ingin dilakukan tanpa keharusan menambah jumlahnya dengan bekerja, maka mungkin pekerjaan yang dilakukan adalah bagian menghabiskan untuk hal yg bermanfaat misalnya:

  • menjadi phylantropi, memiliki yayasan yang bisa menyalurkan anak-anak berbakat yang tidak punya kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik.
  • menyalurkan sebagian harta untuk kesejahteraan orang-orang di lingkungan.
  • menjadi bermanfaat untuk bisa jadi ilmu pengetahuan, keterampilan dan manfaat untuk diri sendiri.
  • menjadi sarana mengenal “negeri Cina”

Apakah akan mengubah hidup, rasanya iya. Pasti dengan tidak ada keharusan menata uang gaji, menata uang yang sudah sejumlah ratusan uang gaji sekaligus tidak memecah perhatian sehingga bisa dikerjakan sambil mengerjakan hobby dan hal-hal lain. Bagaimana dengan pola konsumsi. Seharusnya bisa dicegah ya, karena kan sudah tahu susahnya bagaimana. Tapi apakah kualitas, misalnya makanan, tidak akan meningkat? Mungkin sekali iya, karena ada kemungkinan rasa ingin tahu juga jadi minta dipuaskan. Tapi boros mungkin bisa dicegah. Ada banyak jasa pengaturan keuangan personal. Bahkan bisa dijadikan salah satu keterampilan yang bisa dikuasai sendiri. Cukup banyak juga yang menyediakan model-model pembelajaran.

Apakah perspektif akan berubah. Nampaknya iya. Saat ini tidak dipungkiri cara pandang saat ini: bekerja sebagai salah satu cara untuk menghasilkan sejumlah uang yang digunakan untuk kebutuhan. Tapi bila nanti uang yang bekerja dari hasil investasi dan bisa digunakan untuk kebutuhan, waktu luang pasti akan mengubah banyak hal.

Entahlah. Namanya juga visualisasi. Semoga aja bisa keturutan.

@draguscn

Kenangan Indah

Photo by Matthias Cooper on Pexels.com

Banyak kenangan kalau sudah berumur seperti saya sekarang ini, entah itu yang bisa membuat terkekeh penuh kelucuan, tersenyum mengingat keindahannya, ataupun cengengesan salting karena memang situasi yang dikenang berasal dari situasi yang mengesalkan untuk dikenang.

Kenangan-kenangan indah seringnya kalo saya selalu berhubungan dengan anak-anak, saat kelahiran mereka, saat mereka terekam oleh video dan celotehan mereka. Pada waktunya hampir sama dengan Youtube dan Instagram sekarang, bisa menyebabkan dunia saya hilang, berganti dengan melihat foto-foto dan video kenangan.

Melihat kelucuan-kelucuan mereka akan menyebabkan saya tersenyum, bahkan kadang tidak bisa dilawan. Tahu-tahu sudah tersenyum. Saya perhatikan sesaat tadi mengingat itu, membuat postur saya santai. Tak jarang sesudahnya menghela napas panjang. Karena mereka sekarang sudah tidak kecil lagi. Satu persatu akan pergi. Tapi kenangan tetap kenangan. Ia tetap ada di sini.

@draguscn

Pekerjaan

Photo by Vojtech Okenka on Pexels.com

Saat pertama ditugasi sebagai kepala puskesmas, pekerjaan ini tiba-tiba berubah jadi menarik. Padahal dulu pas kuliah yang namanya Public Health adalah pelajaran yang amit-amit. Mungkin itulah jatuh cintanya terhadap pekerjaan di masyarakat ini. Sebagai seorang dokter yang bekerja di masyarakat, seringkali kondisi seperti yang diajarkan tidak bisa semua diterapkan dalam urutan A sampai dengan Z. Perlu pertimbangan-pertimbangan yang kadang-kadang bisa menyebabkan kita mengambil langkah-langkah yang ajaib.

Apalagi bila berhadapan dengan masyarakat yang sulit dalam menerima kebiasaan-kebiasaan baru. Seperti halnya protokol kesehatan 6M saat ini digaung-gaungkan. Tapi juga sulit sekali tampaknya masyarakat kita patuhi. Berhadapan dengan hal-hal seperti itu dan bagaimana kita bisa tetap berkepala dingin dalam menyelesaikan masalah, cukup menantang buat saya. Bahkan sampai sekarang. Ketika sudah lebih dari 20 tahun menjadi kepala puskesmas.

Dibandingkan pekerjaan yang pernah saya juga lakukan sebagai dokter UGD Rumah Sakit atau sebelum terjun ke masyarakat, sebagai dokter klinik di Jakarta; rasa-rasanya kenikmatan menyelesaikan permasalahan kesehatan dari sudut pandang seorang petugas kesehatan di lapangan lebih saya minati.

Kira-kira 2026 bagaimana? Kalo melihat keadaan sekarang saya tetap sukanya berada di masyarakat. Entahlah apa yang akan diperintahkan oleh Bupati. 2031 saya seharusnya sudah pensiun. Berarti saat itu kerjaan saya kembali ke assessor. Karena masih ada kaitannya dengan membimbing dan memberikan assessment kepada puskesmas, maka kemungkinan saya belum banyak berubah juga di 2031.

Dari apa yang sudah saya lakukan sekarang, sebenarnya sudah cukup banyak yang bisa dibilang penghargaan, sebagai dokter teladan, puskesmas yang berhasil dalam beberapa penilaian. Saya cukup senang dengan rotasi lima tahunan karena itu sudah cukup memberikan ruang gerak mengenali, menarik, membimbing dan meningkatkan sebuah fasilitas kesehatan. Apakah saya akan dapat tantangan lain? Itu bukan di saya kehendaknya. Kalaupun ada ya tetap harus bergerak ke tempat lain itu dan belajar lagi.

Menurut saya saat ini sebagai kepala puskesmas adalah pekerjaan dan karir, saya mendapat penghasilan, senang dengan berbagai hal yang bisa menimbulkan kepuasan juga pada orang lain. Apakah merupakan panggilang (vocation) ? Ini masih tanda tanya. Saya senang dengan menjadi kepala puskesmas. Tapi ada hobby atau kesenangan yang saya dapatkan dari keahlian / habit tertentu. Yang bahkan lebih menarik. Salah satunya menulis.

@draguscn

Seandainya …

Photo by Brett Sayles on Pexels.com

Kalau saya boleh dibesarkan dengan cara lain. Saya mungkin ingin saya ditambahi tentang kesempatan menghapal Quran sejak kecil. Rasanya akan lebih cepat hapal bila sejak kecil didaraskan. Apalagi ya? Kalau boleh turn back in time, untuk urusan membesarkan. Saya mungkin berharap The First 20 Hours atau buku tentang keahlian/keterampilan lainnya bisa dibaca oleh ibu dan diterapkan ke saya.

Misalnya mungkin selain AlQuran saya sangat ingin:

  • Sejak kecil dibiasakan menulis harian. Itu akan sangat manfaat.
  • Sejak kecil diajarkan tentang wawasan dunia. Pasti akan jadi modal yang baik pada saat dewasa.
  • Sejak kecil diajarkan belajar cara belajar. Sehingga bisa menentukan sendiri apa yang jadi keahlian yang ingin dimiliki.

Meskipun ibu bukannya tidak berwawasan. Kalo ngga saya pasti akan lambat mengenal Bahasa Inggris dan Komputer. Tapi ibu memasukkan dalam kursus-kursus itu pada saat yang belum ada orang lain ikut. Ini jadi dasar yang kayaknya perlu dikaji nanti-nanti.

Juga bagaimana berbahasa Indonesia yang lebih luas kayaknya jadi salah satu keinginan bagaimana saya dibesarkan. Bagaimana tidak pada saat di usia pertengahan seperti ini ingin melakukan hal yang saya senangi, menulis, ternyata bagian yang harus dipelajari adalah mempelajari Bahasa Indonesia.

Bagaimana kalo mau diterapkan pada anak-anak?

Ihsan, misalnya, kalau dia bisa memberikan kesuksesan pada proyek yang sedang kami rancang saat ini maka ini akan sangat baik untuk kemampuan membaca dengan makna serta menuliskan kembali. Dan mungkin bisa dibuat sebuah buku.

Mira, jelas banget saat ini bakat menulisnya. Duluan Mira mempunyai buku yang ditulis. Dan minatnya kayaknya memang salah satunya dunia kepenulisan. Ini perlu dipikirkan apakah cara membesarkannya akan sama dengan yang sudah dijalani selama ini?

Icha, adalah tanah liat yang masih bisa dibentuk macam-macam. Belum punya polarisasi. Dan kayaknya akan menarik proses mencarinya karena Icha sangat mudah untuk membentuk dirinya.

Apakah saya bisa membuat perbedaan kepada mereka dibanding dengan cara yang diberikan kepada saya. Ini perlu waktu dan catatan-catatan untuk membuktikannya. Kita buat satu-satu ya. Karena ini proses seumur hidup. Dengan harapan mereka tidak menemukannya pada saat seusia saya.

@draguscn

Stress

Photo by Kat Jayne on Pexels.com

Tema tulisan ini berjudul ketakutan terbesar, kecemasan atau stress. Terbesar ya fokusnya. Kapan saya punya ketakutan terbesar saya? Apa ya yang menyebabkan?

Dulu saya paling takut tampil, takut ada yang tidak tahu saya sampaikan. Saat ini rasanya sudah bukan itu lagi ketakutan saya. Saya bisa mengatasinya. Bicara di hadapan orang-orang rasanya sudah lama bisa saya lakukan.

Ujian? Seperti halnya ujian-ujian yang butuh kelulusan? Biasanya itu bikin stress kan ya? Kalo diingat-ingat masa kuliah dulu iya sih. Bikin mules. Tapi sekarang-sekarang ini dengan hilangnya kebutuhan akan pembelajaran formal maka ujian juga tidak dialami lagi. Stress ujian juga ngga ada lagi. Saat ini sebenarnya sambil sekolah S2. Tapi ketakutan akan ujian ngga ada juga.

Ujian hidup? Mungkin ini bisa ya. Ditinggal seseorang yang disayangi rasanya sedikit banyak terpikir. Meskipun tidak dominan.

Apa memang tidak punya ya? Apakah karena ada kaitannya dengan bagaimana saya bisa mengalihkan perhatian pada hal lain? Misalnya menulis ini.

Saya harus kembali ke topik ini nantinya bila bertemu dengan ketakutan seperti itu. Agar bisa saya identifikasi apa sebenarnya yang jadi ketakutan terbesar saya.

@draguscn

Saya lebih baik …

Photo by Anthony Shkraba on Pexels.com

Peningkatan yang baru-baru aja saya lakukan dalam kehidupan personal saya adalah menambah beberapa keterampilan:

  • Mendesign dengan menggunakan Powerpoint
  • Menulis fiksi. Ini masih belajar terus. Tapi saya melihat peningkatan dari sebelum saya mendalaminya. Nyata.
  • Menulis non fiksi dan dunia kepenulisan sampai dengan percetakan. Ini juga.
  • Penggunaan gadget dan software2 tertentu yang membantu produktivitas saat ini juga meningkat nyata.

Apalagi ya peningkatan kualitas hidup? Bisa mulai merancang-rancang hidup saya bagaimana bahkan cara saya mewarnai hidup orang lain, terutama anak-anak saya.

Apa langkah-langkah yang saya lakukan untuk memulainya. Saya mempelajarinya. Saya bahkan rela membeli buku, kursus online, dan mengikuti sumberdaya lainnya.

Apa yang membantu saya ketika berupaya ini adalah adanya keterampilan sebelumnya yang berkaitan, misalnya pada powerpoint saya memang hobby gadget dan memiliki akun berbayar Microsoft 365. Pada menulis saya banyak punya akses ke online course dan ada beberapa yang menarik. Dalam dan luar negeri. Saya memiliki blog untuk curhat.

Saya melihat ada perubahan dalam hidup karena tangga yang saya letakkan pada dinding yang keliru, ternyata saya lihat bukan sepenuhnya keliru, hanya saja ini bukan bagian dindingnya saja, masih ada atap diatasnya yang harus diperbaiki. Bagian ini merupakan long-life learning yang ingin saya kerjakan sampai saya dipanggilNya.

@draguscn

Hasrat terdalam

Photo by Mikhail Nilov on Pexels.com

Saat ini menerbitkan semua proyek saya dan segera beralih ke proyek lain. Dan saya mengharap benar-benar memiliki waktu untuk itu. Rasanya itu juga yang saya pikirkan. Meskipun ada bumbu-bumbu pekerjaan rasanya. Ada kekhawatiran apa yang saya benar-benar inginkan akan mengganggu jadwal kerja.

Kalau diingat-ingat jadwal kerja sebenarnya cukup ada di antara jam 07.00 sampai dengan 14.00 itupun cuma perlu lima jam bukan tujuh jam. Jadi masih ada istirahat dan perjalanan. Sedangkan waktu saya bisa dari 03.00 sampai 21.00 artinya ada 18 jam dikurang 7 jam tadi untuk melaksanakan kegiatan harian, peningkatan kapasitas diri dan hobby atau apapun passion yang menjadi hasrat terdalam saya tadi itu.

Mungkin jadi kurang enaknya adalah pekerjaan seringkali merajai waktu. Pada saat ada yang harus dikerjakan berada pada jam yang kurang pas. Adanya di jam sesudah 14.00, ini mengganggu.

Kalau bisa mendapatkan apa saja ya, bisa ngga saya bisa lebih cepat, waktunya lebih lambat berlalunya. Hehe. Fiksi. Tapi kalau aja ini bisa terjadi maka saya akan punya kesempatan untuk melewati bagian-bagian yang membutuhkan keseriusan pembelajaran. Mengingat materinya juga melimpah.

Apa yang terjadi dalam hidup anda bila hasrat ini tercapai? Wah kayaknya saya akan punya beberapa keterampilan yang selain merupakan passion, tapi juga menjual. UUD. Ngga sih. Cuma menepatkan dengan Ikigai saja. Memang ada pentingnya kalau ini dibutuhkan oleh orang lain, saya bisa dibayar pantas dan ini passion yang saya ahli didalamnya. Wah sip.

@draguscn

Saya bangga …

Photo by cottonbro on Pexels.com

Bangga memang bisa baik bisa buruk, suatu keadaan ridha dan bersyukur dengan nikmat pasti akan berbeda dengan bersikap sombong dan merasa paling berhak memiliki. Sama halnya dengan bersyukur tidak perlu sampai harus dikoar-koarkan. Demikian pula nikmat dalam makna memperlihatkan kepemilikan yang fana itu juga tidak perlu diumbar. Bila kita bicara konsep timbulnya rasa senang di hati dengan kesadaran bahwa itu semua dari Allah datangnya dan dikaitkan dengan adanya anugerah berupa:

  • perbuatan baik yang dilakukan,
  • sebuah kebiasaan buruk yang bisa dihilangkan,
  • kualitas tertentu yang dialami,
  • pembelajaran dari kesalahan tertentu,
  • sebuah momen dimana bisa mempertahankan sesuatu, baik diri sendiri maupun orang lain,
  • keahlian tertentu yang bisa anda dapatkan, atau
  • sebuah keputusan yang berani.

Rasanya hal-hal tersebut bisa digunakan untuk makin meningkatkan rasa percaya diri dan keinginan untuk terus berbuat baik. Beberapa memang saya alami beberapa hari belakangan ini dan beberapa bulan belakangan ini untuk yang durasi penerimaannya cukup lama.

Mungkin nantinya ini bisa diulang tiap poin diatas diterima, rasa bangga (ridha dan syukur)-nya bisa kembali dituliskan. Semoga ingat.

@draguscn

Rindu

Photo by Felipe Cespedes on Pexels.com
coba Engkau katakan padaku
apa yang seharusnya aku lakukan
bila larut tiba wajahMu terbayang
kerinduan ini semakin dalam
 
gemuruh ombak di pantai Kuta
sejuk, lembut angin di bukit Kintamani
gadis-gadis kecil menjajakan cincin
tak mampu mengusir Kau Yang Manis
 
bila saja Kau ada di sampingku,
sama-sama arungi danau biru
bila malam mata enggan terpejam
berbincang tentang bulan merah

- Nyanyian Rindu, Ebiet G. Ade, 1996

Kerinduan sudah jadi topik yang saya senangi dari berbagai tulisan di blog, mari kita list aja di sini beberapa blog yang saya kelola dan saya memunculkan rindu sebagai bahasannya:

Cukup banyak ya ..

Kalo saat ini yang memicu rindu ke orang adalah orangtua. Anak-anak semua ada di rumah. Jadi kerinduan ke anak-anak lumayan bisa teratasi.

Demonstrasi kerinduan yang paling bisa diperlihatkan selama ini oleh Icha pada saat dia pertama kali boleh ditengok. Anak yang biasa ketemu sama orangtua sampai dengan lulus SD, SMPnya harus berpisah jadi anak pondok. Dan kemudian ngga boleh ditengok 40 hari. Yah agak wajar sesenggukan waktu ditengok. Yang lainnya agak jaim kalo kangen.

@draguscn

Menjadi Dewasa

Photo by PNW Production on Pexels.com

Katanya pada saat kita mencapai dewasa, kita jadi merindukan menjadi anak-anak lagi. Yap, itu berarti kita sudah berhadapan dengan konsekwensi-konsekwensi menjadi dewasa, dan tiba-tiba terasa enak apa-apa di masa kecil semua-semua sudah diatur dan tinggal dilaksanakan.

Kesulitan-kesulitan kita seringkali tidak dimengerti oleh orang lain, dianggap biasa, bahkan kadang lebay. Mungkin juga karena menjadi dewasa juga tidak semua lagi bisa diutarakan gamblang. Karena banyak hal-hal terkait di dalam satu masalah ada pada saat hal sesederhana apapun ditanyakan.

Ya itu dia mungkin karena kita makin banyak mempertimbangkan hal-hal kecil juga. Sekarang ini mungkin dengan ditanya sesimpel apa kabar juga jawabnya jadi ruwet. Bagi yang belum punya pasangan ditanya apa kabar sering jadi terasa sindiran kapan lo nikah? Bagi yang sedang dirundung duka meskipun badannya sehat jawabannya bisa berbeda. Yah itu yang besar-besar, kalau kecil-kecil disimpan bisa jadi blockingnya sebesar itu juga.

Kita bisa kita aja menikmati suasana sesaat dengan teman dan hiburan. Tapi bila sudah balik sendiri lagi maka hal-hal yang berkaitan dengan apa yang menjadi tanggungjawab kita akan kembali lagi menjadi pikiran. Deadline pekerjaan, kadang melihat orang lain sudah mapan, ketidakmampuan tertentu yang juga sering jadi pikiran.

Sebenarnya ya ngga perlu juga kita mikirin orang lain yang jadi perbandingan. Dan mungkin bila kita mundur sedikit dan mau melihat semua apa adanya ya kita bisa melihat semuanya jadi lebih gamblang dan sebenarnya semuanya adalah proses. Itu mungkin sedikit yang bisa kita petik dari menjadi dewasa dari saya.

@draguscn