Category: Outline

Karungnya Writer Wannabe

Photo by Steve Johnson on Pexels.com

Lantas yang disini apa yang mau dituliskan? Begitu yang menjadi pikiran. Ada beberapa ide. Tapi saya mungkin ngga ingin banyak-banyak dulu memasukkan. Toh disini sudah tidak dituntut untuk melakukannya tiap hari. Hanya tuntutan dari diri sendiri saja. Karena itu seharusnya lebih mudah membuat hal-hal kreatif yang bisa diupload disini. Sementara ini saya sedang mengumpulkan untuk tulisan dan presentasi yang akan dilaksanakan pada tanggal 29 Maret ini.

Topik utamanya tentang bagaimana produktif di tengah kesibukan. Merupakan bagian dari kegiatan 30DWC #45. Saya tadinya sudah menolak untuk menjadi pengisi acara. Tapi setelah melihat jadwal rasanya topik itu relevan. Jadwal saya tanggal 29 kosong, tapi 30nya saya jadi pembicara selama sehari penuh. Yang dibicarakan adalah tentang pelayanan UKM baik yang esensial maupun yang pengembangan. Lumayan. 6 kriteria, 36 EP. Dan ini yang diajar adalah para surveior. Haus ilmu dan minat bertanya. Tapi tentunya jadi relevan bagaimana dalam saat mempersiapkan ada kesibukan saya masih bisa produktif.

Produktif di Tengah Kesibukan

Hal pertama yang terpikir bagi saya untuk menggambarkan produktif di tengah kesibukan adalah bagaimana bisa melaksanakan hal-hal tertentu yang terkait peran. Tentu harus menggambarkan apa saja peran yang dijalani. Kemudian, dikaitkan dengan kesibukan-kesibukan tersebut, maka kenapa masih bisa produktif. Mungkin perlu diluruskan makna produktif. Ini bisa ambil dari coach Aji.

Produktif tentu saja tidak semata menghasilkan atau mengerjakan sesuatu. Tapi juga terkait dengan adanya kepuasan dalam menghasilkan karya. Bagi saya itu adalah writing. Karenanya dalam menentukan prioritas, writing tidak pernah terlalu jauh ada di bawah. Karena pada saat sedang sibuk, melepas beban ke tulisan di blog misalnya menjadi teraasa meringankan. Ini keuntungan bisa produktif di masa sibuk yang bisa dipikirkan saat ini.

Itu juga kenapa saya menerima penugasan sebagai pengisi dalam acara tersebut. Saya merancang bikin sekitar 9 slide saja.

Continue reading “Karungnya Writer Wannabe”

Bab 10. Bermain

Photo by Ketut Subiyanto on Pexels.com

Kita akan pelajari perjalanan Arief dan Laila mengeksplorasi bagaimana mereka beradaptasi, tumbuh, dan diuji oleh dunia baru mereka, Kecamatan Wanasari yang salah satunya dilanda banjir bandang. Dalam bab ini saya ingin mereka benar-benar terlihat melakukan interaksi

1. Tantangan dan Kegembiraan Dunia Baru

  • Kita mulai dengan memperkenalkan rangkaian tantangan yang harus dihadapi protagonis. Tantangan ini berupa lingkungan yang sulit dikendalikan, tentu saja dampak dari adanya pengungsian banjir bandang.
  • Harus ada juga momen kegembiraan dan penemuan yang membuat “Dunia Baru” menarik bagi tokoh-tokoh kita. Mungkin bisa ditambahkan pengalaman unik dan tokoh Dodi sebagai tokoh komik bisa memegang peranan.

2. Konflik dengan Minat Cinta

  • Karena subplot romantis memang sudah direncanakan untuk Arief dan Laila, maka pada bab ini untuk memperdalam konflik atau ketegangan dalam hubungan tersebut, bisa kita melibatkan kesalahpahaman, atau situasi yang memaksa mereka untuk mempertanyakan perasaan mereka satu sama lain. Meski begitu mereka baru saling kenal. Jadi kita agak hati-hati mengimplementasikan cinta lokasi disini.
  • Konflik ini harus menambah lapisan kompleksitas ke narasi, mendorong pertumbuhan karakter dan memperkuat hubungan mereka melalui ujian.

3. Pelatihan dan Pengembangan Kemampuan

  • Fokuskan pada pelatihan atau proses belajar protagonis untuk memanfaatkan kemampuan baru mereka. Ini bisa dalam bentuk mentor yang memberikan pelajaran khusus, tantangan yang dirancang untuk menguji dan memperkuat keterampilan mereka, atau situasi darurat yang memaksa mereka untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
  • Deskripsikan proses belajar ini secara detail, termasuk frustrasi, kegagalan, dan akhirnya, pencapaian yang memperkuat karakter protagonis dan menunjukkan pertumbuhan mereka.

4. Frustrasi dan Keraguan Diri

  • Jelajahi emosi dalam protagonis, termasuk frustrasi mereka dengan tantangan yang dihadapi, keraguan diri tentang kemampuan mereka untuk berhasil, dan perasaan tidak berada di tempat yang semestinya. Ini menciptakan resonansi emosional dengan pembaca, yang mungkin mengidentifikasi dengan perjuangan tersebut.
  • Gunakan momen-momen ini untuk mengembangkan karakter protagonis secara lebih mendalam, menunjukkan kerentanan mereka dan motivasi untuk melampaui batasan.

5. Aspek Unik dari Dunia Baru

  • Gunakan tantangan, pelatihan, dan interaksi karakter untuk menampilkan aspek unik dari Dunia Baru. Ini bisa melibatkan pengenalan kebiasaan, teknologi, magi, atau sistem sosial yang tidak ditemukan di dunia nyata atau dunia awal protagonis.
  • Pastikan untuk menjelaskan bagaimana fitur-fitur unik ini mempengaruhi cerita dan karakter, memperkaya dunia yang Anda ciptakan.

Bab 9. Navigasi Dunia Baru

Photo by Pixabay on Pexels.com

1. Navigasi Dunia Baru

  • Laila menghadapi tantangan awal dalam lingkungan baru, yaitu kondisi rusaknya jembatan yang membatasi mobilitasnya. Krisis air bersih di desa menjadi fokus utama, menunjukkan bagaimana Laila menyesuaikan diri dengan kondisi darurat yang dihadapi oleh penduduk desa.

2. Pertemuan dengan Karakter Utama

  • Pertemuan Laila dengan dr. Arief di Puskesmas Wanasari menjadi titik awal kerja sama mereka. Ini menunjukkan bagaimana karakter utama baru diperkenalkan dalam cerita, dengan dr. Arief memainkan peran penting dalam plot.

3. Dinamika Sekutu dan Musuh

  • Laila dan dr. Arief menjadi sekutu dalam mengatasi krisis air bersih, menunjukkan dinamika sekutu yang positif. Tidak ada musuh yang secara eksplisit disebutkan, namun tantangan yang dihadapi (krisis air bersih, rusaknya komunikasi dan transportasi) berfungsi sebagai “musuh” dalam konteks ini.

4. Penetapan Ekspektasi untuk Tantangan yang Akan Datang

  • Kemenangan kecil dalam mengatasi krisis air bersih menetapkan ekspektasi untuk tantangan yang akan datang, menunjukkan bahwa Laila dan dr. Arief mampu bekerja sama secara efektif. Ini juga foreshadowing untuk pengembangan hubungan mereka dan tantangan lebih lanjut yang mungkin mereka hadapi bersama.

5. Panduan Melalui Wilayah yang Tidak Dikenal

  • Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan, kerja sama antara Laila dan dr. Arief, serta interaksi Laila dengan penduduk desa, menunjukkan bagaimana karakter-karakter ini berfungsi sebagai panduan satu sama lain dalam menghadapi situasi darurat. Laila, dengan keterampilan jurnalistiknya, dan dr. Arief, dengan keahliannya sebagai dokter, saling melengkapi dalam misi kemanusiaan ini.

Bab 8. Terputus

Photo by Irina Iriser on Pexels.com

Ya, banjir bandang susulan yang menyebabkan kerusakan pada satu-satunya jembatan penghubung Wanasari dengan dunia luar bisa menjadi peristiwa yang sangat efektif sebagai “Game Changing Moment” dalam narasi. Peristiwa ini secara langsung mempengaruhi semua karakter yang terlibat dan secara drastis meningkatkan taruhan cerita dengan memisahkan mereka dari bantuan tambahan dan sumber daya yang sangat dibutuhkan.

Beat 1: Banjir Bandang Susulan

  • Peristiwa Kritis: Deskripsikan momen ketegangan ketika banjir bandang susulan terjadi, dengan detail tentang bagaimana ratusan pohon tiba-tiba menghantam jembatan, menyebabkan kerusakan parah. Ini menandai peristiwa besar yang langsung mempengaruhi kehidupan protagonis dan masyarakat Wanasari, menunjukkan urgensi dan skala bencana yang mereka hadapi.
  • Jembatan Karang Adi, didekat jembatan itu Laila dan Rian baru saja melewati, sedang pak Agung, masih duduk di warung kopi setelah membantu mobil bantuan dari Dinamika melewati jebakan lumpur.

Beat 2: Reaksi Laila dan Rian

  • Sadar akan Bahaya: Laila dan Rian, yang baru saja melewati jembatan, menyadari betapa dekatnya mereka dengan bencana dan betapa beruntungnya mereka masih aman. Reaksi mereka menyoroti kelegaan sekaligus kekhawatiran mendalam tentang isolasi Wanasari sekarang dari dunia luar.

Beat 3: Pak Agung Terpisah

  • Isolasi: Sorotan pada Pak Agung yang masih berada di sisi lain jembatan, menunjukkan pemisahan fisik dan simbolis antara Wanasari dan sumber daya eksternal. Ini menambahkan lapisan konflik dan tantangan, memperlihatkan dampak langsung dari peristiwa tersebut terhadap upaya penyelamatan dan bantuan.

Beat 4: Kesadaran Arief tentang Situasi

  • Menghadapi Realitas: Arief menjadi sangat menyadari bahwa jembatan yang rusak berarti mereka sekarang terisolasi, meningkatkan tekanan padanya sebagai koordinator bantuan lokal. Kesadaran ini memperkuat perasaan tidak kompeten yang dia miliki, memaksa dia untuk menghadapi keterbatasannya dan mencari solusi dalam kondisi yang semakin sulit.

Beat 5: Komunitas Menghadapi Isolasi

  • Mengakui Keterpisahan: Masyarakat Kecamatan Wanasari sekarang menyadari bahwa mereka terputus dari bantuan luar, harus menghadapi realitas baru mereka. Ini menandai titik tanpa kembali, di mana mereka harus bergantung pada sumber daya internal dan kekuatan komunitas untuk mengatasi bencana.

Saya sebenarnya masih ragu, apakah banjir susulan diletakkan di awal. Karena dari sisi cerita saya memang sudah memasukkan semua karakter ke dalam “dunia baru” tapi dari sisi bab ini masih ada 1 bab yang kurang lebih 3000 kata yang harus diceritakan sebelum masuk ke dalam dunia baru. Jadi meletakkan banjir susulan yang akan menutup jalan kembali ke dunia biasa memang agak kecepatan.

Saya berikan catatan ini sebagai pengingat karena nantinya pada saat mulai diprosakan, akan terlihat apa yang masih belum diurai. Maka pada saat itu baru kita siapkan 1 bab sisipan.

[notokuworo.]

Bab 7. Pertolongan

Photo by Ahmed akacha on Pexels.com

Beat 1: Kesadaran Arief tentang Keterbatasan

  • Kesadaran Mendalam: Arief berkomunikasi dengan korban bencana, merasakan kesulitan mereka dan menyadari batasan dalam kemampuannya untuk membantu. Ini memperkuat perasaan bersalah dan keraguan diri yang dipicu oleh kritik Farhan, menggarisbawahi momen ketika Arief mulai menyadari bahwa dia mungkin tidak bisa memenuhi semua ekspektasi yang dibebankan kepadanya.

Beat 2: Kedatangan Bantuan dan Rasa Kurang

  • Bantuan Tiba tapi Tidak Cukup: Meskipun persediaan obat dan bantuan dari kabupaten akhirnya tiba, Arief tetap merasa kurang dan tidak kompeten. Perasaan ini diperparah dengan kebutuhan yang terus bertambah dan kompleksitas situasi yang tidak kunjung reda, menunjukkan bagaimana upaya terbaiknya masih terasa tidak mencukupi.

Beat 3: Laila Menghadapi Kendala

  • Insiden Mobil Terperosok: Setelah serangkaian penundaan dan rintangan, Laila dan Rian menghadapi hambatan fisik langsung saat mobil mereka terperosok ke dalam tanah liat, simbolisasi dari betapa sulitnya perjalanan ini tidak hanya secara metaforis tapi juga secara fisik.

Beat 4: Pertemuan dengan Pak Agung

  • Bantuan Tiba: Dalam kesulitan, Laila dan Rian mendapatkan bantuan dari Pak Agung dari BPBD. Pertemuan ini tidak hanya membantu mereka keluar dari situasi langsung tetapi juga menghubungkan Laila dengan seseorang yang menghargai hubungan masa lalunya dengan Mas Miko, memberikan sedikit harapan dan dukungan moral dalam perjuangan mereka.

Beat 5: Mobil Dikeluarkan

  • Pembebasan dan Simbolik: Upaya Pak Agung berhasil mengeluarkan mobil dari tanah liat, memberikan Laila dan Rian kesempatan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Ini merupakan momen simbolik dimana Laila secara fisik dan metaforis ‘ditarik’ dari keadaan stagnasi, mendorongnya untuk menghadapi tantangan yang ada di depan dengan determinasi baru.

Beat-beat ini menunjukkan transisi Arief dan Laila dari penolakan menjadi penerimaan terhadap realitas dan tantangan baru yang mereka hadapi. Untuk Arief, ini berarti mengakui batasan dan kerentanan dirinya, sementara untuk Laila, ini mengilustrasikan kesulitan fisik dan emosional dari misinya, memperkuat kesadaran bahwa perjalanan ini akan jauh lebih menantang daripada yang dia bayangkan.

Bab 6. Terperosok ke Lumpur

Photo by Ahmed akacha on Pexels.com

Scene 1: Situasi Semakin Buruk di Wonoarto

  • Kondisi Pasca-Banjir: Beat ini ingin mendeskripsikan bagaimana, setelah 3 hari sejak banjir, situasi di Wonoarto semakin memburuk dengan lumpur yang masih menggenangi rumah-rumah dan tempat penampungan yang semakin tidak layak. Ini menunjukkan tantangan yang Arief hadapi dalam koordinasi bantuan dan penanganan pengungsi.
  • Setting: Pusat penampungan korban di Desa Wonoarto ; Karakter: Arief, Bu Camat, para penduduk.

Scene 2: Usulan Pemindahan Pengungsi

  • Pertemuan Koordinasi Bencana: Gambarkan pertemuan yang dihadiri oleh Farhan dan lainnya, di mana usulan untuk memindahkan pengungsi ke lapangan besar dekat pabrik Suryawana dibahas. Ini menyoroti upaya komunitas dan Vertex dalam mencari solusi untuk kondisi penampungan yang semakin buruk.
  • Setting: Kantor Kecamatan; Karakter: Bu Camat dan Forkompimca

Scene 3: Bantuan dari Surya dan Kerja Bakti

  • Kedatangan Bantuan: Surya datang dengan bantuan tenda dan makanan, dan bersama penduduk, tentara, polisi, serta anggota Vertex, mereka bahu-membahu membangun tenda-tenda baru. Beat ini menunjukkan upaya bersama dalam menghadapi krisis, meskipun masih ada ketidakpuasan dan protes, seperti yang disuarakan oleh Farhan.
  • Setting: Kantor Kecamatan; Karakter: Farhan, Surya, Nina, Arief

Scene 4: Kesulitan Perjalanan Laila dan Rian

  • Perjalanan Menuju Wanasari: Beat ini menceritakan tentang kesulitan yang dihadapi Laila dan Rian dalam perjalanan mereka ke Wanasari, mulai dari penerbangan yang ditunda hingga masalah dengan mobil angkut. Ini menunjukkan mereka belum sepenuhnya menyadari besarnya tantangan yang akan mereka hadapi.
  • Setting: Bandara, Kantor Dinamika Surabaya; Karakter: Laila, Rian

Scene 5: Tantangan Tak Terduga

  • Ambles ke Tanah Berlumpur: Saat akhirnya memasuki desa Karangadi, mobil yang mereka tumpangi ambles ke tanah berlumpur. Kejadian ini menjadi simbol dari tantangan tak terduga yang mereka hadapi, menunjukkan bahwa mereka masih “mengubur kepala dalam pasir” terkait dengan realitas situasi yang mereka masuki.
  • Setting: Warung Kopi desa Karangadi; Karakter: Laila, Rian, Pemilik Warkop.

Penguatan Penolakan terhadap Realitas Baru

  • Protes Farhan: Farhan secara terbuka mengkritik layanan kesehatan di pusat penampungan, menuding mereka tidak efektif dalam menghadapi skala bencana yang terjadi. Ini memicu Arief yang perfeksionis dan selalu berusaha memberikan yang terbaik, walaupun sumber daya sangat terbatas. Mereka berdua terlibat dalam debat yang sengit, dengan Arief yang berusaha mempertahankan integritas dan komitmen timnya terhadap layanan kesehatan, menunjukkan penolakan Arief untuk mengakui bahwa situasi tersebut mungkin melebihi kemampuan dan sumber daya yang ada.

Memperkuat Intrik

  • Laporan BPBD: Pak Agung dari BPBD memberikan laporan mendesak tentang kondisi kecamatan di bagian atas yang mengalami longsor akibat hujan yang tak kunjung reda, serta banyak pohon yang tumbang dan menghalangi jalan. Informasi ini menambah dimensi baru pada krisis yang sedang berlangsung, memperkuat intrik dengan menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi tidak hanya terbatas pada banjir dan pengungsian, tetapi juga risiko bencana alam lain yang bisa memperburuk situasi.

[notokuworo.]

Bab 5. Pusat Pengungsian

Photo by ahmad syahrir on Pexels.com

Scene 1: Situasi Mendesak di Wanasari

Kondisi Darurat: Gambarkan suasana hingar-bingar di Wanasari pasca-banjir, dengan fokus pada upaya pertolongan yang dilakukan di Puskesmas. Deskripsikan kondisi penduduk terdampak, dari yang mengalami luka fisik hingga mereka yang kehilangan tempat tinggal. Ini menetapkan urgensi situasi dan menunjukkan dampak luas bencana tersebut terhadap komunitas.
Di scene ini juga menyajikan momen ketika Arief mengetahui bahwa bantuan dan liputan media akan datang ke Wanasari, menciptakan harapan namun juga kekhawatiran tentang bagaimana situasi akan dipresentasikan dan dikelola.

Setting: Lapangan bola di Desa Wonoarto; Karakter: Arief, Tim Puskesmas, Penduduk Wonoarto.

Scene 2: Keputusan Bu Ratna

Tantangan Logistik: Bu Ratna menghadapi dilema logistik mengenai penempatan 250 orang yang terdampak tanpa tempat tinggal, sementara air masih terus naik. Ini menyoroti kompleksitas situasi dan kebutuhan mendesak akan bantuan dan solusi yang efektif. Pak Agung mengevaluasi bagaimana penempatan pengungsi di lapangan kurang cukup dan sepertinya harus dipindahkan

Setting: Kantor Camat; Karakter: Bu Ratna, Danramil, Kapolsek, Arief, BPBD pak Agung.

Scene 3: Mas Miko Mengutus Laila

Panggilan Petualangan: Di Jakarta, Mas Miko, merasa terpanggil untuk membantu desa Wonoarto dan Wanasari, memutuskan mengutus Laila untuk menyampaikan bantuan dan meliput peristiwa tersebut. Momen ini mewakili panggilan petualangan bagi Laila, menempatkannya pada jalur yang akan mengubah perjalanan hidupnya.

Setting: Dinamika News (kantor Miko); Karakter: Miko, Laila, Rian

Scene 4: Keraguan dan Komitmen Laila

Dilema Pribadi: Laila merasa sungkan menolak perintah Mas Miko, meskipun dia memiliki keraguan. Ini menunjukkan konflik internal Laila antara rasa tanggung jawab profesional dan kekhawatiran pribadi. Namun, kesadaran akan pentingnya misi tersebut dan kemungkinan cerita lain yang bisa diliputnya mendorongnya untuk menerima tugas ini. Rian membujuk Laila yang kelihatannya kurang siap berangkat. Tyas bersedia menggantikan, tapi Laila yang ditugasi.

Setting: Dinamika News (ruang Laila); Karakter: Laila, Rian, Tyas

Scene 5: Persiapan dan Keberangkatan Laila

Aksi Menuju Petualangan: Deskripsikan proses persiapan Laila untuk misi ini, mulai dari pengumpulan informasi, peralatan yang diperlukan, hingga momen keberangkatannya menuju Wanasari. Ini menandai langkah awal Laila dalam menjawab panggilan petualangannya, dengan semua ketidakpastian dan tantangan yang akan dihadapinya.
Sambil mempersiapkan perjalanan singkat tersebut, Laila berpikir tentang haruskah dia pamitan, tapi permasalahan lalu belum terlihat ada penjelasan. Ada rasa dongkol saat mengenang ada perselisihan yang dialaminya.
Teka-teki permasalahan yang ada dalam kepala Laila ini kali ini diketahui oleh karakter tapi tidak diketahui oleh pembaca.

Setting: Kamar Tidur Laila; Karakter: Laila

Setiap beat yang dirancang sesuai dengan panduan “Panggilan untuk Petualangan”, secara efektif membangun fondasi untuk perubahan dramatis dalam narasi dan memotivasi Laila untuk mengambil langkah pertama dalam perjalanannya yang transformasional. Mereka menggambarkan bagaimana kejadian luar biasa mendesak tindakan, menyoroti reaksi emosional dan konflik internal Laila, dan akhirnya mengarah pada keputusan pentingnya untuk menerima dan berkomitmen terhadap petualangan yang menantinya.

[notokuworo.]

Bab 3. Vertex dan Sebahu

Photo by KATRIN BOLOVTSOVA on Pexels.com

Scene 1: Penerimaan Vertex oleh Bu Camat Ratna

  • Penerimaan Hangat dengan Kekhawatiran Tersembunyi: Bu Camat Ratna menyambut kedatangan Vertex dengan penerimaan yang hangat, namun dalam hatinya, dia merasa khawatir tentang rencana mereka yang berbahaya. Dia mengadakan pertemuan formal di kantor camat, di mana dia mengungkapkan dukungan namun juga menekankan pentingnya kehati-hatian.
  • Beat ini bertujuan menunjukkan kepemimpinan Ratna dan kepeduliannya terhadap keselamatan semua orang.
  • Setting: Kantor Kecamatan Wanasari, Karakter: Nina, Anggota The Vertex, Bu Ratna

Scene 2: Perkenalan Vertex dengan Puskesmas Wanasari

  • Dialog Pemimpin: Arief dan Nina, masing-masing sebagai pemimpin di bidang mereka, bertemu untuk pertama kalinya. Pertemuan ini menggarisbawahi kontras antara pendekatan praktis Arief terhadap kesehatan dan keselamatan dengan semangat petualangan Nina. Dialog mereka menegaskan karakteristik kepemimpinan yang kuat dari keduanya, sambil menetapkan dinamika kompetitif dan saling menghormati.
  • Tujuan dari scene ini adalah untuk menggambarkan Nina sebagai tokoh kuat dalam cerita ini.
  • Setting: Puskesmas Wanasari; Karakter: Arief, Nina, Dodi, Bu Ana.

Scene 3: Tindakan Preventif Pak Balun

  • Mobilisasi Komunitas: Pak Balun, mengikuti nasihat Mak Ijah, memulai kampanye di desa untuk memperingatkan penduduk yang tinggal di dekat sungai. Dia mengorganisir tim untuk membantu penduduk mengamankan harta benda dan ternak mereka, memindahkannya ke tempat yang lebih tinggi. Adegan ini menunjukkan respons komunitas terhadap ancaman yang mendekat, mencerminkan solidaritas dan kepedulian dalam menghadapi bencana alam.
  • Setting: Desa Wonoarto; Karakter: Pak Balun, Penduduk.

Beat 4: Keberangkatan Ekspedisi Vertex

  • Perjalanan ke Bukit Sebahu: Dengan semangat tinggi namun diwarnai kekhawatiran, tim perintis Vertex berangkat menuju Bukit Sebahu. Arief dan Mas Imam memutuskan untuk mengikuti ekspedisi ini, merasa perlu untuk memastikan keselamatan mereka. Perjalanan ini dipenuhi dengan antisipasi dan kecemasan, menunjukkan kontras antara keberanian dan potensi bahaya yang mereka hadapi.
  • Setting: Kecamatan Wanasari, perjalanan ke Bukit Sebahu; Karakter: Arief, Imam, Nina, Dodi dan anggota tim perintis.

Beat 5: Legenda Bukit Sebahu

  • Cerita Lama Terungkap: Selama perjalanan, anggota Vertex dan penduduk lokal berbagi cerita dan legenda tentang Bukit Sebahu, menambahkan lapisan misteri dan kekaguman terhadap alam. Legenda tersebut berbicara tentang kekuatan alam dan roh yang dikatakan menjaga bukit, menanamkan rasa hormat dan takut kepada tim ekspedisi. Beat ini menghubungkan narasi dengan budaya dan tradisi lokal, menambahkan kedalaman ke setting dan plot.
  • Setting: Jalan Kecil ke Bukit Sebahu; Arief, Nina

Gambaran bencana sudah terkirim pada post sebelumnya. Sedangkan yang ini adalah pada saat Nina dan Kawan-kawan baru datang dan kemudian sorenya langsung bersama perintis bersama dengan dr. Arief dan mas Imam dari Puskesmas Wanasari menjajaki sebahu.

Bab 4. Amukan Gegaris

Photo by GEORGE DESIPRIS on Pexels.com

Beat 1: Kedatangan Banjir Bandang

  • Awal Bencana: Bencana yang sudah digelisahkan pun datang juga. Lebih dari yang disangka, bukan merendam pelan-pelan layaknya banjir yang diidentifikasi dengan naiknya batas air. Desa Wonoarto yang memang tidak punya bantaran sungai cukup tinggi langsung mendapat tumpahan air bah, banjir bandang melanda Wonoarto.
  • Secara tiba-tiba, diseling hujan yang belum juga berhenti, banjir bandang menggulung rumah-rumah di Wonoarto. Rumah atau bagian rumah yang berdinding tipis kontan tidak sanggup menahan beratnya limpahan air bercampur lumpur. 40-50 rumah yang ada persis paling dekat dengan sungai tergenang sebahu orang dewasa dan terus naik.
  • Banjir juga menyapu bersih lahan kebun-kebun di pinggir sungai, seperempat desa terendam banjir dan bercampur kayu-kayu sebetis orang dewasa. Melewati kaca-kaca menimbulkan bunyi yang memecah. Penduduk Wonoarto yang menyaksikan rumah mereka dilanda banjir bandang sungai Gegaris hiruk pikuk dengan takbir dan tangis. Ada yang bersyukur mereka segera mengikuti anjuran pak Balun. Sudah bisa dibayangkan dalam keadaan seperti yang mereka saksikan, tak akan ada yang sanggup menyelamatkan diri bila masih ada di dalam rumah yang terendam itu.

Desa Terendam: Pengaturan desa yang terendam air dan kehancuran yang ditimbulkan oleh banjir bandang ditujukan menambahkan lapisan emosional pada narasi. Lokasi ini menjadi saksi dari perubahan mendadak yang memaksa Arief dan penduduk desa untuk menghadapi realitas baru mereka.

Beat 2: Reaksi Awal Arief

  • Arief, Nina dan Vertex baru saja menghempaskan diri di puncak bukit. Dataran yang sebesar lapangan bola, mungkin lebih dengan beberapa pepohonan yang berada di kejauhan. Panggung di bukit Sebahu ini ditutupi oleh semak dan rumput liar. Anggota Vertex langsung menurunkan alat-alat pemotong rumput dan semak. Ada yang membawa seperti gergaji sinso tapi kecil dan mereka mulai membuka ‘bahu’ yang akan digunakan untuk berkemah.
  • Nina dan Arief, duduk-duduk sambil memperkirakan berapa luas lahan yang akan mereka pangkas. Sebahu terasa cukup dingin karena hujan, tapi tanahnya bukan tanah liat yang becek, bebatuan gunung menjadikan lahan ini akan ideal untuk menjadi tempat perkemahan.
  • Sambil mulai menikmati gerimis di bawah tenda, mereka mendengar lengking suara-suar seperti kolintang yang digoyang dengan kencang, beserta itu suara bergemuruh datang seperti tambur yang ditabuh bertalu-talu. Sontak mereka segera berdiri dan berlari mencari arah datangnya bunyi tersebut yang berada di bagian bawah bukit. Di pinggir bukit Nina, Arief dan Imam serta beberapa anggota Vertex melihat air berwarna kecoklatan menggulung rumah-rumah di desa yang ada di pinggir sungai. Mereka juga menyaksikan tempat penduduk menyaksikan rumah-rumah mereka mulai direndam banjir lumpur dari sungai Gegaris.

Konflik Internal: Arief, menghadapi realitas banjir bandang, bergulat dengan keinginan untuk membantu sebagai dokter dengan ketakutan dan keraguan tentang apa yang bisa dia lakukan. Ini menunjukkan reaksi awalnya terhadap insiden pemicu, menyoroti dilema moral dan emosional yang dia hadapi.

Beat 3: Menyoroti Ciri Unik Karakter Arief

  • Kepemimpinan di Tengah Krisis: Insiden pemicu ini memperlihatkan awal kepemimpinan Arief saat dia mengorganisir upaya penyelamatan, dari mulai hanya menjadi penonton dan kemudian menimbulkan keberaniannya dan kemampuan untuk mengambil tindakan cepat. Ini mengungkapkan karakternya yang sebenarnya: seorang individu yang, meskipun awalnya ragu karena tidak terencana dan sudah pasti akan tidak bisa memberikan pertolongan maksimal, tapi pada saatnya dapat naik ke atas saat dibutuhkan.

[notokuworo.]

Bab 2. Pabrik Suryawana

Photo by Pixabay on Pexels.com

Kesaksian Tidak Sengaja:

Karakter: Arief, Imam dan sekelompok pekerja pabrik Suryawana; Setting: Puskesmas Wanasari.

dr. Arief dan Mas Imam secara tidak sengaja mendengar percakapan yang mencurigakan antara beberapa pekerja pabrik Suryawana tentang “pengiriman” yang tidak biasa. Mereka ingin tahu sebenarnya apa yang dibicarakan lanjut tetapi terpaksa meninggalkan masalah ini karena panggilan mendesak dari UGD yang sedang menangani pasien.

Memperdalam misteri dengan menambahkan dialog atau interaksi antara karakter yang secara samar menyinggung “proyek” di pabrik atau rencana mendaki yang tampaknya tidak berbahaya tetapi sebenarnya memiliki implikasi yang lebih luas. Ini bisa memperkuat rasa ingin tahu dan kekhawatiran pembaca tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dialog yang diharapkan ada antara para pekerja pabrik dan antara Imam dan Arief.

Tanggapan darurat:

Karakter: Imam, Ana dan Arief, serta seorang tokoh petani, Setting: UGD Puskesmas Wanasari

  • Seorang pasien tergelincir ke dalam sungai karena lumpur licin, menyoroti kondisi cuaca buruk yang semakin memburuk. dr. Arief dan Imam yang bergegas memberikan pertolongan, berbincang dengan petani yang jatuh tersebut. Hal ini juga memperkuat tema tentang alam yang tidak terduga dan berbahaya.
  • Debat dan Keputusan: Surat dari kelompok pencinta alam Vertex, yang menyatakan niat mereka untuk naik Bukit Sebahu meskipun cuaca hujan, menjadi topik perdebatan. Arief dan komunitas khawatir tentang keselamatan mereka dan potensi risiko lain yang ditimbulkan oleh cuaca buruk. Ini menunjukkan konflik antara keinginan untuk menjelajahi dan kebutuhan untuk kehati-hatian dalam menghadapi alam.

Intuisi dan Tradisi:

Karakter : Mak Ijah dan Pak Balun; Setting: Rumah Mak Ijah

Mak Ijah, tokoh yang dihormati di desa, usianya sudah lebih dari 100 kata orang-orang, tapi badannya masih cukup kuat untuk melakukan apa-apa sendiri. Hari itu dia memperingatkan Pak Balun – Kepala Desa Wonoarto – tentang potensi bahaya dari Sungai Gegaris yang “akan mengamuk”. Mak Ijah meminta untuk diantar ke rumah keluarga di tempat yang lebih tinggi. Maksudnya di Desa Wonoarto ada penduduk yang berumah tidak di tepi sungai dan agak mendekati ke Bukit Sebahu tanahnya menjadi agak tinggi dibandingkan yang di tepi sungai

Kekhawatiran Komunitas:

Setting: Warung kopi desa Wonoarto; Karakter: Petani-petani yang sedang bernaung dari hujan.

Percakapan di warung kopi antar penduduk baik di Desa Wonoarto maupun sekitarnya mengungkapkan kekhawatiran penduduk tentang naiknya air sungai. Ini menambahkan lapisan realisme dan kekhawatiran kolektif dalam komunitas, menunjukkan bahwa bencana mungkin sudah dekat. Ada yang bercerita bahwa air terus akan naik, bahkan Wonoarto akan kembali banjir seperti tahun-tahun dulu pada saat hujan besar-besarnya.

Bab ini ingin meningkatkan ketegangan dengan menggabungkan elemen-elemen alam, komunitas, dan misteri yang belum terpecahkan. Menggambarkan bagaimana karakter utama dan komunitas menanggapi tanda-tanda peringatan, mengatur panggung untuk bencana yang akan datang dan memperdalam konflik yang akan dihadapi karakter dalam cerita. Beat-beat ini menambahkan dimensi ke cerita dengan menyoroti hubungan antara manusia dan alam, serta pentingnya pengetahuan lokal dan intuisi dalam menghadapi bencana.

[notokuworo.]