Day: June 22, 2024

Helena

Aku lama menatap layar di hadapanku. Terngiang petuah seorang sahabat, jangan cuma dipandangi! Tulis sesuatu! Sedikit enggan kubuka aplikasi percakapan yang baru saja dipasang update-nya sore tadi. Kata pengembangnya sudah bisa diajak bicara. Mumpung masih macet ide, pikirku, kenapa tidak menanyakan saja pada aplikasi ini. Versi terbaru ini diberi sandi Helena. Tadi sore waktu di-install aku hanya punya ide nama itu untuk memanggilnya.

Aku masih harus menyesuaikan beberapa pengaturan. Kemudian mengetikkan beberapa kata agar Helena punya konteks tentang pembicaraan yang akan dilakukan.

“Paham, kita mulai saja. Silakan ajukan pertanyaan pertama,” tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang tegas dan cukup keras, mengagetkan, karena aku tidak mengiranya.

“Hai, Helena. Saya ditugasi untuk membuat tulisan dengan tema pencarian makna hidup, saya perlu masukan. Menurut kamu, apa definisinya, bagaimana enaknya ya, menuangkannya dalam bentuk tulisan?” Aku memulai.

Helena menjelaskan bahwa makna hidup biasanya dikaitkan dengan tujuan, nilai dan alasan keberadaan seseorang. Itu bisa didapatkan dari refleksi pribadi, pengalaman yang pernah dilalui dan pemahaman spiritual. Ia menambahkan tentang bagaimana membuat tulisan tersebut, bisa dimulai dengan cerita pribadi, pengalaman orang lain, atau bahkan fiksi yang menggambarkan perjalanan.

“Nah, apakah ada yang ingin kamu sampaikan tentang pengalamanmu, atau cerita lain?” ia bertanya.

Gambaran yang disebutkannya cukup jelas. Bahkan seperti sudah memahami sudut pandang personal, aku memang memasukkan beberapa informasi pribadi pada saat Helena dipasang di komputer ini. Ia pasti sudah memindai pekerjaanku sebagai kepala puskesmas, hobiku dan preferensi lainnya yang kuisikan.

Aku merenung sejenak, mencoba merumuskan pemikiran-pemikiran yang berputar di kepalaku. “Helena, coba jelaskan bagian tujuan hidup.”

Suara Helena terdengar lebih lambat kali ini. “Menemukan tujuan dalam pencarian makna hidup berarti menemukan alasan mengapa kita ada. Kemudian apa yang ingin kita capai dalam hidup. Ini melibatkan pemahaman tentang apa yang membuat hidup kita berarti agar bisa memotivasi kita setiap hari.”

“Tujuan bisa berbeda-beda untuk setiap orang: bisa berupa karier, hubungan, kontribusi pada masyarakat, atau pengembangan diri. Intinya, tujuan adalah sesuatu yang memberi kita arah dan motivasi dalam menjalani kehidupan,” lanjutnya.

Aku berpikir sejenak sebelum menjawab, “Saya pernah baca ini, misal seperti ini ya. Saya ada karena Tuhan menitipkan saya melalui orangtua saya. Apa yang ingin saya capai dalam hidup adalah menjadi manusia yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Apakah seperti itu?”

Helena merespons dengan suara yang terdengar penuh persetujuan, “Ya, itu adalah dasar yang sangat baik. Mengetahui bahwa keberadaanmu adalah titipan dari Tuhan dan ingin bermanfaat bagi orang lain adalah tujuan yang bermakna.”

“Kita bisa memperjelas dengan bertanya: Apa yang membuat saya merasa bahagia dan puas? Aktivitas atau kontribusi apa yang membuat saya merasa berguna? Bagaimana saya ingin dikenang oleh orang lain?”

Akupun mulai menjawab satu demi satu pertanyaannya. Kemudian Helena menimpali dengan memperjelas beberapa hal lagi. Kemudian dia merangkum jawabanku. Menurutnya, tujuan hidupku berfokus pada kontribusi positif dan ketekunan.

Aku merenung sejenak, kemudian bertanya, “hampir setiap hal dalam hidup adalah pilihan, maka termasuk dalam melakukan pencarian tujuan hidup pun, aktivitasnya tak luput dari pilihan-pilihan kan?”

Pikiranku menerawang mengingat bagaimana contoh-contoh yang diberikan Helena tentang pemenuhan kewajiban spiritual dan kepuasan menjalani hobi menulis misalnya, bolej jadi akan terbentur untuk diprioritaskan bila tiba-tiba hanya punya satu waktu yang sama. Lebih rumit lagi ada pilihan-pilihan lain yang juga selalu bermunculan pada saat yang sama.

Misalnya, pekerjaan rutin sebagai seorang aparatur sipil negara, yang rentang jam 07.00 sampai 14.00nya sudah membatasi tempat dan waktu. Begitu pula dengan waktu istirahat, memulihkan pikiran dan badan yang penat. Atau bahkan kebutuhan akan hiburan. Kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Itu semua adalah pilihan dalam menjalani prioritas-prioritas dalam memenuhi tujuan hidup tadi itu.

Aku menambahkan itu kepada Helena, pilihan itu menjadi bagian yang juga berpengaruh untuk menentukan pilihan. Dan ada persimpangan-persimpangan yang kemudian menjadi pembeda antara satu orang dengan orang lain.

Thinking indicator Helena berputaran beberapa saat, kemudian dia membenarkan, “Ya, benar sekali. Manusia memang kompleks. Semua yang kamu sebutkan barusan akan sangat mempengaruhi pencapaian dari tujuan-tujuan hidupmu.”

Ia kemudian menambahkan, “tampaknya bagi manusia, penting untuk mendapatkan keseimbangan yang tepat. serta membuat pilihan yang memungkinkan semua aspek tadi terakomodasi.”

Aku tersenyum, apakah dia sudah memiliki kesadaran sejauh itu. Mungkin ada sedikit kesempatan dimana Helena versi yang entah keberapa mampu membantu manusia untuk memperjelas pilihan-pilihan hidupnya. Entahlah.

Dan akupun mulai menuliskan pembicaraan kami.

[notokuworo.]