Tag: Circular Narrative

Amara

Photo by Valentin Antonucci on Pexels.com

Lampu ruangan itu terang seperti biasa. Apa yang akan datang ini rasanya sudah bisa diterkanya. Alif meringis sambil melihat ke jam tangannya sekali lagi.

Amara hadir dalam jaket coklat dan kaus hitam, penampilan yang dihapal oleh Alif sejak mereka pertama bertemu. Tapi khusus seragam kebangsaan ini, adalah yang hanya dipakainya pada saat-saat tertentu. Ya, Alif sudah hapal betul.

Amara nampak menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Dia tidak malu meski hanya menggunakan jaket coklat, celana jeans, dan badannya masih sakit. Baginya, malam ini sangat penting. Dia harus bertemu Alif.

“Kamu tahu betapa pentingnya malam ini, kan?” kata Amara, meski tertawa tapi dia juga terisak seakan meminta dimaklumi. Pastinya, Amara merasa harus keluar dengan dandanan rutinnya, dan meminta Alif untuk menemaninya.

Alif duduk tegak, berpikir bahwa mungkin malam ini memang betulan penting.

“Jaket itu cuma kau pakai dua tahun lalu. Kita duduk disini dua tahun lalu. Sekarang kita merayakan apa? Kamu bukannya sedang sakit? Aku sekarang juga agak meriang.” tanya Alif sekalian memberi informasi. Berharap.

“Aku selesai,” kata-katanya seolah lepas. “Ya, Aku sudah … tamat.”

“Kenapa?” Alif bertanya, matanya tak lepas dari gadis itu, dan Amara sudah siap. Hanya untuk kata tanya itulah Amara mengenakan dandanan wajibnya.

“Selesai! Semua sudah selesai. Dua tahun sudah cukup. Aku berhenti menunggu. Berhenti berharap. Jahanam!” Amara melampiaskan kepada Arief.

Bulu kuduk Alif meremang, hawa demam melonjak. Pendingin ruangan terlalu sejuk, musik yang mengalun semakin menambah intensitas. Amara terlihat sangat cantik saat menyuarakan ikrar kebebasannya. Alif merinding lagi, keringat dingin menyembul di tepi keningnya.

Alif tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Pertama, akan ada jeda kosong sekurang-kurangnya dua sampai tiga menit, di mana Alif akan melipat tangan di dada sambil mendiamkan sabar, dan memandang kosong ke jendela. Dari sanalah berbagai kenangan siap dicurahkan keluar dari bibir Amara. Mulutnya, matanya dipenuhi oleh laki-laki itu, dan tak lama lagi Amara akan terlapisi lingkaran yang tidak bisa ditembus. Alif pernah tahu itu.

Cerita Amara sering berganti selama sepuluh tahun terakhir. Sejak mereka sama menjadi bahan plonco kakak-kakak kelas. Itu pula yang menandai awal pengulangan cerita ini.

Saat itulah dia resmi tergila-gila pada lelaki itu. Bahagia dan nelangsa sudah sulit ditarik garis batasnya sedekade ini. Namun lingkaran itu selalu ada. Kadang membuat Alif ingin gila.

“Aku sadar waktu aku sakit kemarin,” Amara mulai bertutur setelah sembilan puluh detik menatap jendela. “Aku bangun dan sangat lemas, pikirku aku mulai dehidrasi dan aku cuma ingin ambil minum. Tidak ada siapa-siapa yang bisa kumintai tolong…”

Alif merapatkan jaketnya. Sensasi meriang itu datang lagi.

“Malam itu aku merasa sangat terpuruk. Aku benar-benar lelah. Dan kamu tahu? Aku tidak memerlukan dia. Yang aku butuhkan hanyalah ada seseorang yang menyayangiku dan segelas air.”

Kepala Amara menunduk, matanya terkatup, menahan tangis. Resmi sudah, malam panjang ini dimulai.

“Tapi, ini … ” menunjuk airmatanya yang jatuh di pipi ” ini yang terakhir kali …” kata Amara tersendat, antara tangis dan tawa. Berusaha tampil kuat di hadapan Alif.

Alif mengelus punggung tangan Amara. Sebentar kemudian tibalah saatnya Amara tersedu sedan.

“Aku ingin orang yang menemaniku tidak secuek dia, tapi orang yang mau menemaniku” Susah payah Amara melanjutkan.

Dalam ingatannya Alif memutar sebuah film pendek yang berulang. Dia ditelpon, dia datang, mengobati, kadang membawa ke UGD, kadang tidur di lantai, atau sofa di depan kamar itu. Juga beberapa kali datang dalam keadaan basah kuyup. Seperti yang terjadi kemaren malam. Sering bila Alif harus menggantikan infus dia melihat lebih banyak dari yang seharusnya. Tapi pada saat seperti itu tidak ada hasrat lain selain memberikan pertolongan. Sudah berulang juga bagaimana dirinya juga akhirnya ikut sakit.

Tapi alih-alih memperhatikan diri, Alif lebih memanfaatkan waktu mendengarkan nafas halus Amara. Lagi-lagi seperti kemarin malam. Melihatnya dalam damai. Setelah semua yang dimintanya tersedia.

“Ngga berlebihan .. kan?” Amara memandangnya.

Seperti biasa, Amara hanya butuh gelengan kepala Alif. “Apa yang akan kau lakukan sekarang?”

“Aku akan menghindar.” Tandasnya.

“Menghindar bagaimana?” Tanya Alif.

“Aku akan berhenti untuk memujanya. Aku ingin lelakiku adalah yang benar-benar datang pada saat aku butuh. Pada saat-saat aku sakit. Pada saat aku tidak bisa mengurus diriku sendiri. Aku bosan berusaha terus.” Jawabnya.

“Aku yakin ada yang lebih baik darinya.” Amara mendongak. “Aku yakin ada yang mau merawatku bila aku sakit. Menenangkan bila aku gundah.” Dia masih melanjutkan.

“Aku ingin menanti yang tidak berlebihan. Aku ingin menunggu untuk orang itu ada. Aku yakin ada.” Amara akhirnya melihat lipatan tangan Alif dan jaket yang menyelubunginya.

“Kenapa? Sakit?”

Ngga, cuma merasa lelah sekali. Kau melihat kemana, Amara?

Circular Narrative

Photo by Cosmin Paduraru on Pexels.com

Circular narrative, atau narasi melingkar, adalah salah satu teknik bercerita yang unik dan menarik dalam dunia penulisan. Teknik ini mengajak pembaca untuk memulai dan mengakhiri cerita di titik yang sama, menciptakan sebuah lingkaran naratif yang penuh makna. Teknik ini sering digunakan untuk menggambarkan perjalanan karakter utama, menunjukkan bagaimana mereka berubah atau belajar sesuatu sepanjang cerita sebelum kembali ke titik awal dengan perspektif yang berbeda.

Pada intinya, circular narrative menciptakan sebuah kesan bahwa waktu atau peristiwa berjalan dalam sebuah siklus. Hal ini bisa memberikan dampak emosional yang kuat pada pembaca, karena mereka diajak untuk melihat bagaimana pengalaman dan perjalanan hidup karakter saling terkait dan mempengaruhi. Dengan menggunakan teknik ini, penulis dapat menggali lebih dalam tema-tema yang kompleks seperti takdir, perubahan, dan pembelajaran.

Salah satu keunggulan circular narrative adalah kemampuannya untuk menciptakan rasa deja vu yang kuat. Pembaca akan merasakan bahwa mereka telah mengalami sesuatu sebelumnya, tetapi dengan pemahaman yang lebih dalam dan kaya. Hal ini memberikan rasa puas karena mereka bisa melihat keseluruhan gambaran cerita dari sudut pandang yang baru.

Dalam menerapkan teknik narasi circular narrative, ada beberapa langkah yang bisa diikuti:

  1. Memilih Titik Awal dan Akhir yang Kuat: Titik awal dan akhir cerita haruslah signifikan dan memiliki makna yang dalam. Ini bisa berupa sebuah kejadian, dialog, atau deskripsi yang kuat dan memikat.
  2. Mengembangkan Jalan Cerita: Bagian utama cerita harus menggambarkan perjalanan karakter menuju titik akhir. Penting untuk menunjukkan perkembangan karakter, konflik yang dihadapi, dan perubahan yang mereka alami.
  3. Menyoroti Transformasi Karakter: Salah satu elemen kunci dari circular narrative adalah perubahan atau transformasi yang dialami oleh karakter utama. Pembaca harus bisa melihat bagaimana pengalaman yang dialami karakter mengubah cara pandang mereka.
  4. Menghubungkan Titik Awal dan Akhir: Pada akhir cerita, penulis harus membawa pembaca kembali ke titik awal dengan cara yang mulus dan alami. Ini bisa dilakukan dengan mengulang elemen-elemen tertentu dari awal cerita, tetapi dengan tambahan pemahaman baru.
  5. Menambahkan Elemen Simbolis: Simbolisme sering digunakan dalam circular narrative untuk memperkuat tema cerita. Simbol-simbol ini bisa muncul di awal dan akhir cerita, memberikan makna tambahan dan kedalaman pada narasi.

Circular narrative bukan hanya tentang mengulang kembali titik awal cerita, tetapi juga tentang menunjukkan perjalanan emosional dan mental karakter. Ini adalah cara yang efektif untuk mengeksplorasi tema-tema besar dan memberikan dampak emosional yang mendalam pada pembaca.

Teknik ini juga memungkinkan penulis untuk bermain dengan struktur waktu dalam cerita mereka. Dengan menciptakan sebuah lingkaran, penulis bisa memanipulasi alur waktu, membuat pembaca merasa bahwa mereka sedang melihat cerita dari perspektif yang lebih luas dan mendalam. Ini memberikan dimensi baru pada narasi, membuatnya lebih menarik dan kompleks.

Circular narrative dapat digunakan dalam berbagai genre, dari fiksi sastra hingga fiksi ilmiah. Contohnya, dalam fiksi ilmiah, teknik ini bisa digunakan untuk menggambarkan paradoks waktu atau siklus hidup yang berulang. Dalam fiksi sastra, teknik ini sering digunakan untuk menggali psikologi karakter dan perubahan emosional mereka.

Dalam blogging, penggunaan teknik circular narrative dapat membuat tulisan lebih menarik dan menggugah pembaca. Ini memberikan sebuah struktur yang unik dan mengundang pembaca untuk kembali ke awal tulisan dengan pemahaman baru. Penulis blog dapat menggunakan teknik ini untuk menceritakan pengalaman pribadi, mengulas perjalanan hidup, atau mengeksplorasi tema-tema tertentu dengan cara yang lebih mendalam dan reflektif.

Sebagai penutup, circular narrative adalah sebuah teknik yang kuat dan efektif dalam bercerita. Dengan memulai dan mengakhiri cerita di titik yang sama, penulis dapat menciptakan sebuah lingkaran yang penuh makna, menggambarkan perjalanan karakter, dan memberikan dampak emosional yang mendalam pada pembaca. Teknik ini menuntut ketelitian dalam menyusun alur cerita dan perkembangan karakter, tetapi hasilnya adalah sebuah narasi yang kaya dan memikat.