Sayang dibuang (3)

Photo by KawaiiArt1980 on Pexels.com

Datang, Jumpa dan Pergi

Sebenarnya ini sudah lumayan dipersiapkan. Tapi setelah mengikuti serial Brandon Sanderson, tepat pada bagian yang bercerita tentang Short Story, dibawakan oleh Mary Robinette Kowal. Mengajarnya enak dan apa yang dijelaskannya makin banyak membawa tempat dan karakter maka makin banyak pula kata-kata yang harus dimasukkan dalam cerita. Ada rumus tertentu yang digunakan dan rasanya masuk akal sih.

Saat membuat datang yang versi pertama memang terbayangnya seorang mahasiswa Sastra menemukan karya sastra kakeknya, dan akhirnya berubah menjadi menemukan surat-surat cinta dari mantan kekasih kakeknya yang tersembunyi di dalam lemari barang-barang almarhum kakeknya. Secara ide, ini sudah mencukupi.

Ada datang (dilambangkan oleh si Mahasiswa, kemudian ditambahkan dengan seorang keluarga). Jumpa adalah berjumpa dengan orang-orang yang bisa menjelaskan tentang surat-surat tersebut. Pergi bisa diceritakan tentang akhirnya kepergian dari si Mahasiswa tersebut. Atau, pertemuannya dengan si Nenek yang misterius ini dan mendapatkan penjelasan kenapa dia pergi.

Mulailah berkembang ide-ide. Termasuk memasukkan peristiwa Malari di tahun 1974 sebagai dasar cerita penyelamatan Dumirah (si penulis surat cinta) oleh Jatmiko (kakeknya). Peristiwa Malari-nya sebenarnya belum terjadi. Tapi Malari didahului dengan adanya beberapa peristiwa di tahun 1970-1973 yang relevan dengan cerita. Karenanya, Malari bisa diambil sebagai dasar cerita.

Permasalahan

Membuat ceritanya, idenya mengalir. Memang kurang terasa misterius karena harus segera selesai dalam 3000-4000 kata. Bahkan targetnya cuma 2200 kata secara keseluruhan. Agak tidak mungkin untuk pelibatan beberapa tempat dan tokoh. Kecuali kalau semuanya diringkas menjadi nenek Rarasnya saja yang bercerita. Dalam angan-angan saya, si nenek Raras tidak bercerita tentang Dumirah karena saingan cinta. Meskipun baru diketahui di akhir cerita.

Mengulik cerita pendek ternyata jadi menarik dan saya akhirnya malah membeli beberapa buku untuk mendalami tentang cerpen. Meskipun katanya adalah mitos saja menulis cerpen baru bisa novel. Tapi pengetahuan tentang menulis kreatif rasanya diperlukan juga. Salah satu buku bahkan ada tentang menulis kisah nyata.

Saya jadi punya banyak hal yang ingin dishare di sini. Karena dengan itu cara saya belajar. Buku-buku tentang cerita pendek menjadi salah satu cara untuk melakukan refleksi sekalian mencari feedback. Bahkan sekaligus cara berlatih untuk 30DWC ke depan, sambil menunggu 30DWC jilid baru lagi.

Tapi mungkin besok saya ingin menuliskan tentang rencana-rencana menyusun karung-karung ide saya. Agar segera ada apa yang akan dituliskan baik secara pribadi maupun untuk dibuat dalam DWC depan. Anggaplah saya sedang melakukan preptomei, entah tepat atau tidak.

[notokuworo.]

Leave a comment