Sayang ditinggalkan ..

Photo by Lisa Fotios on Pexels.com

Kemarin saya sudah cerita tentang bagaimana menulis 3 cerita dalam 30DWC #45. Bagi saya ini post itu belum selesai melakukan evaluasi. Karena diminta kreatif maka gaya bertuturnya adalah fiksi.

Saya ingin membuat yang berdasarkan isi dari cerita fiksi yang dibuat. Secara umum dulu. Ikut 30DWC kali ini memang tanpa persiapan. Melihat ada kesempatan masih terbuka jadi terpikir kenapa ngga ikut aja. Karena itu pada saat memulai juga masih banyak bernostalgia dan belum benar-benar pulih tetiba setiap harinya harus membuat posting untuk menjajal lagi urat menulisnya. Benar saja, keteteran.

Memang dari awal ingin sekali membuat fiksi, tapi karena kesiapan belum ada maka mendahulukan melakukan jurnal dulu. Mengenang kembali perjalanan dari 30DWC30. Tapi karena itu jadi bingung. Karena di 30DWC ada keharusan memilih. Ikut Fiksi atau Non Fiksi. Memang kita diperbolehkan membuat dua jenis tulisan. Tapi setelah mengalami lagi, memori ototnya balik lagi dan jadi ingat seharusnya memilih satu saja agar mudah.

Kemudian target yang disusun juga terlalu besar. Karena memang Rumah Merah mangkrak takut nanti kehilangan lagi minat, beneran tertinggal lagi dan bisa-bisa banyak sumberdaya yang sudah dimiliki jadi percumtakbergun.

Maka mulailah menata Rumah Merah. Well, sejauh yang diharapkan memang enak-enak saja karena sudah berulang-ulang dibuat skenarionya di dalam otak, ditulis di obsidian, dibuatkan dalam novelcrafter. Tapi ada yang belum dilakukan dalam Rumah Merah. Menjabarkannya menjadi prosa. Karena sejauh ini menyusun plot, subplot, menyesuaikan karakter rasanya benar-benar melelahkan, jadi pada saat 30DWC pun yang dilakukan adalah tetap melengkapi dulu.

Mendetilkan tokoh-tokoh utama, membuat gambaran Kecamatan Wanasari, meletakkan desa-desanya, karena banjir bandang melanda desa Karangadi duluan, agak aneh kalo dalam narasi ditemukan nanti justru berada di belakang. Celakanya pula saya lupa dalam DWC ada membuat tulisan bertema. Nah ini batu sandungan bukan ya ? Bukan ternyata. Karena meski sambil tertatih2 belajar short story, akhirnya saya bisa melunasi tugas-tugas 2 cerita dengan menggunakan 3 hari 3 babak.

Pada kisah pertama, idenya tetap cerita dokter, kenapa? Karena sudah tidak repot lagi melakukan survei. Kalau saya mencoba profesi lain, alamat seperti Laila Sari, repot ternyata mencari profesi wartawan dengan model tahun 2024 dimana koran tidak lagi berupa kertas. Untunglah ada. Tapi itu dia kenapa saya ngga menulis profesi lain dulu. Jadi pada saat diumumkan saya susun dulu apa yang ingin ditulis untuk tulisan bertema.

Hilang, Waktu dan Haru

Hanya ada 3 pos, sementara membuatnya ini sepertinya bakal jadi novelet.

….

Leave a comment